Press Release Webinar Refleksi 30 Tahun Perbankan Syariah Indonesia: Past, Present, and Future & Peluncuran Buku SPPEI 1

Depok, 24 November 2021 – Pada hari Rabu, 24 November 2021, Pusat Ekonomi dan Bisnis Syariah Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia (FEB UI) menyelenggarakan Webinar Refleksi 30 Tahun Perbankan Syariah di Indonesia dan Peluncuran Buku Sejarah Peradaban dan Pemikiran Ekonomi Islam karya Rahmatina A. Kasri, Ph.D. & Banu Muhammad, M.S.E.

Webinar ini diikuti oleh 400 peserta yang berasal dari kalangan akademisi, analis kebijakan di pemerintahan, karyawan swasta, dan masyarakat umum. Webinar ini dimulai dengan pemberian sambutan Ibu Rahmatina A. Kasri, Ph.D. sebagai Ketua Pusat Ekonomi dan Bisnis Syariah Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia (PEBS FEB UI, Bapak Teguh Dartanto, Ph.D. selaku Dekan FEB UI, dan dilanjutkan dengan keynote speech/pemaparan kunci oleh Prof. Bambang P.S. Brodjonegoro sebagai Menteri Riset dan Teknologi Republik Indonesia periode 2019-2021 dan Guru Besar FEB UI.

Webinar ini menghadirkan narasumber yang berkecimpung dalam bidang perbankan syariah di antaranya Bapak Banjaran Surya Indrastomo sebagai Chief Economist Bank Syariah Indonesia (BSI), Bapak Iggi H. Achsien sebagai Komisaris Independen Bank Muamalat Indonesia, dan Ibu Firdilla Sari sebagai Direktur Digital Banking Bank Aladin Syariah.

Pada paparan kunci, Prof. Bambang P.S Brodjonegoro memebrikan tanggapan positif terhadap buku “Sejarah Peradaban dan Pemikiran Ekonomi Islam” karya Rahmatina & Banu. “Buku ini mengajak pembaca untuk mengetahui sejarah, peradaban, dan pemikiran ekonomi Islam dan mengaitkan dengan situasi saat ini.”, tutur Prof. Bambang. Menurut beliau pemikiran ekonomi Islam mengalami pengembangan yang aplikatif dan sesuai dengan perkembangan zaman. Terkait dengan tema webinar, yakni mengenai refleksi 30 tahun hadirnya ekonomi syariah di Indonesia, khususnya perbankan, Prof. Bambang menyampaikan harapannya agar perbankan syariah tidak hanya bertumpu pada sektor keuangan, tetapi sektor riil, seperti industri halal dan sektor mikro yang nantinya diharapkan dapat menjadi penyumbang devisa atau paling tidak menghemat devisa.

Pada kesempatan selanjutnya, Bapak Banjaran memaparkan topik pembahasan beliau yang bertema “Arus Baru Membangun Indonesia Maju”. Beliau memaparkan bahwa industri perbankan sudah beberapa kali menghadapi masa krisis, akan tetapi, di tengah pandemi, pertumbuhan perbankan syariah tetap resilien meski pembiayaan terkontraksi. Perbankan syariah bahkan mampu tumbuh dua kali lipat dari perbankan konvensional. Namun demikian, ruang tumbuh perbankan syariah dinilai masih luas jika dibandingkan dengan angka penetrasi negara-negara Uni Arab Emirat dan Malaysia. Menurut beliau, isu penting bagi perbankan syariah berkaitan dengan kapasitas dan awareness. Isu perbankan syariah sangat didasari oleh hal yang berkaitan dengan kompetisi pasar, dimana economies of scale perbankan syariah masih kecil dan kurang kompetitif. Menghadapi tantangan tersebut, pemerintah melakukan merger atas tiga bank BUMN syariah di Indonesia yang kini menjadi Bank Syariah Indonesia (BSI).

Beliau menyampaikan bahwa BSI memiliki kapasitas sebagai katalisator ekonomi syariah dengan mengembangkan ekosisten ekonomi dan keuangan syariah serta mendorong ekonomi berbasis manfaat keumatan melalui integrasi fungsi sosial dan komersial. Untuk memperkuat sinergi, BSI berupaya berkontribusi dalam berakselarasi melalui seluruh stakeholders yang ada didalam ekosistem ekonomi dan keuangan syariah nasional, sehingga memberikan manfaat seluas-luasnya bagi masyarakat indonesia. Ekosistem ekonomi syariah diantaranya ialah zakat, infak, sedekah, wakaf, industri halal, organisasi kemasyarakatan dan emas.

Pembicara kedua, yakni Ibu Firdila Sari yang memaparkan topik Embracing Technology, Advancing Islamic Finance, memaparkan bahwa selama empat tahun terakhir neobank mengalami perkembangan yang sangat pesat, bahkan saat ini hampir seluruh negara sudah memiliki neobank. Perkembangan ini didorong oleh adanya keterbukaan dan adopsi teknologi baru di masyarakat, bertumbuhnya tekfin dan industri berbasis teknologi lainnya, serta meningkatnya pemahaman bahwa kolaborasi merupakan strategi kunci di borderless era. Perkembangan ini juga terjadi pada instrumen keuangan syariah yang terlihat dari adanya beberapa perusahaan tekfin yang memasuki pasar di Amerika Serikat dan Inggris dan mampu untuk bersaing dengan pesaingnya.

Beliau menyampaikan bahwa dalam perkembangan neobank keuangan Islam, diperlukan pemahaman atas apa yang diinginkan oleh konsumen. Konsumen dalam keuangan Islam menginginkan pengelolaan keuangan yang mudah, murah, terfragmentasi, dan memenuhi kebutuhan agama. Akan tetapi, pada praktiknya, institusi keuangan masih belum bisa memenuhi hal tersebut karena adanya gap atas pemahaman produk keuangan di antara institusi dan konsumen, serta maraknya praktek product-led offering. Terkait dengan kehadiran bank digital di Indonesia, Ibu Firdila Sari juga berpendapat bahwa masih dibutuhkan kehadiran bank secara fisik untuk menggapai kepercayaan konsumen. Saat ini Bank Aladin Syariah sendiri menggunakan strategi offline-online experience untuk membangun kepercayaan konsumen seperti menghadirkan bukti fisik dari Bank Aladin Syariah di minimarket. Maka dari itu institusi keuangan digital harus dapat merubah strateginya untuk lebih berorientasi pada konsumen untuk membangun kepercayaan dari konsumen.

Selanjutnya, Bapak Iggi Achsien sebagai pembicara terakhir menyampaikan bahwa Bank Muamalat sendiri sudah mengalami pasang surut dan perkembangan yang luar biasa selama 30 tahun terakhir dan Bank Muamalat masih ingin berkembang dan menatap masa depan untuk memberikan pelayanan bank syariah yang lebih baik, terlebih dengan masuknya BPKH sebagai mayoritas saham pengendali Bank Muamalat. Bapak Iggi Achsien berpendapat bahwa saat ini, hal terpenting dalam institusi keuangan khususnya perbankan adalah memahami dan memberikan produk yang dibutuhkan oleh konsumen. Perbankan dapat memilih untuk membentuk pasar baru atau mengikuti permintaan pasar yang ada dan lebih condong untuk memenuhi kebutuhan pasar. Bapak Iggi melontarkan pertanyaan bahwasanya dengan adanya merger dan diambil-alihnya Bank Muamalat oleh BPKH, bagaimanakah perkembangan industri perbankan syariah ke depannya. Sebagai penutup, beliau menyampaikan bahwa dengan adanya semangat syariah, yaitu tolong menolong dan sifat kompetitif, diharapkan akan tercipta berbagai inovasi dari sektor perbankan syariah.

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Scroll to Top