Press Release Webinar ‘Kurban, Haji, dan Ketahanan Ekonomi & Pangan Indonesia’

Pada hari Sabtu, 25 Juli 2020, Pusat Ekonomi dan Bisnis (PEBS) FEB UI mengadakan Webinar dengan topik ‘Kurban, Haji, dan Ketahanan Ekonomi & Pangan Indonesia’ dalam rangka hari raya Idul Adha yang akan jatuh pada tanggal 31 Juli 2020. Webinar kali ini menghadirkan lima narasumber dan dimoderatori oleh Bapak Abdillah Ahsan yang merupakan Dosen di FEB UI serta Direktur SDM Universitas Indonesia. Lima narasumber tersebut adalah Bapak Arifin Purwakananta (Direktur Utama BAZNAS RI), Bapak Dr Rahmat Hidayat (Anggota Badan Pelaksana Bidang SDM dan Kemaslahatan BPKH), Bapak drh. Fadjar Sumping Tjatur Rasa, Ph.D (Direktur Kesehatan Hewan, Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan, Kementerian Pertanian), Bapak Reza Abdul Jabbar (Pengusaha Peternakan New Zealand asal Indonesia), dan Bapak Nur Kholis (Dosen FEB UI dan Peneliti PEBS FEB UI).

Webinar dibuka dengan sambutan oleh Ibu Rahmatina Awaliah Kasri selaku Kepala PEBS FEB UI, kemudian dilanjutkan dengan pemaparan materi oleh para narasumber. Pemaparan pertama disampaikan oleh Bapak Arifin Purwakananta selaku Direktur Utama Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS) RI. Beliau menyampaikan bahwa ekonomi kurban tidak hanya tentang pemotongan hewan kurban, namu rantai yang lebih panjang lagi yang dapat menggerakkan ekonomi, seperti halnya Ramadhan (termasuk idul fitri dan mudik) serta Haji yang juga menggerakkan pertukaran ekonomi walaupun hanya dilaksanakan pada waktu tertentu.

Baznas sendiri tahun 2020 ini melaksanakan pengumpulan kurban secara online dengan menyediakan layanan sebanyak-banyaknya agar memberikan kemudahan untuk berkurban, adanya rumah potong khusus, dibagikan secara langsung ke rumah-rumah, dan adanya penggunaan besek untuk distribusi agar ramah lingkungan serta dapat menghidupkan ekonomi masyarakat. Selain itu, Baznas juga mempunyai program community development, yang beberapa kegiatannya juga berhubungan dengan peternakan. Selain itu, terdapat juga program lumbung pangan di empat provinsi (Sembilan kabupaten/kota) sebagai solusi krisis pangan dan pemberdayaan masyarakat, serta penanaman tumbuhan lokal agar tidak bergantung dengan wilayah lain.

Pemaparan kedua disampaikan oleh Bapak Rahmat Hidayat selaku Anggota Badan Pelaksana Bidang SDM dan Kemaslahatan Badan Pengelola Keuangan Haji (BPKH). Beliau menyampaikan bahwa ibadah kurban adalah ibadah tertua yang ada di agama Islam, kemudian perintah haji ada di QS Al Haj: 27-28 dan perintah kurban ada di QS Al Kautsar:1-3. Pada awalnya, ibadah haji sangat sederhana. Namun saat ini ibadah haji menjadi salah satu dampak ekonomi yang sangat besar. Tidak adanya keberangkatan haji tahun ini tentu saja mempunyai dampak yang besar untuk berbagai pihak, misalnya saja travel. Selain itu, hal ini juga dapat berdampak pada ketahanan pangan.

Dana yang dikelola oleh BPKH dibagi menjadi dua, dana setoran awal (commercial fund) dan dana abadi umat (social fund). Pengelolaan dana menggunakan prinsip dan kaedah syariah, hati-hati, optimal, likuid dan digunakan untuk manfaat jamaah haji Indonesia. Dengan tidak adanya keberangkatan haji, maka dana kembali dikelola oleh BPKH. Dana abadi umat yang merupakan social fund ini dipergunakan untuk membantu masyarakat, rehabilitasi tempat ibadah, dan dapat juga digunakan untuk membantu kurban dengan kondisi yang ada saat ini.

Pemaparan ketiga disampaikan oleh Bapak Fadjar Sumping Tjatur Rasa selaku Direktur Kesehatan Hewan pada Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan, Kementerian Pertanian. Beliau menyampaikan di awal bahwa hubungan antara hewan ternak dan manusia harus dijaga dengan sebaik-baiknya. Hal ini karena hewan ternak seharusnya hidup secara liar, tetapi menjadi terbatas untuk kepentingan manusia. Dengan demikian peraturan juga diselaraskan dengan petintah agama, jangan sampai ternak ini musnah. Terkait dengan kebutuhan serta kesediaan kurban tahun ini, data menunjukkan bahwa masih cukup dengan jumlah hewan terbanyak adalah kambing. Berdasarkan data kurban tahun 2019, terdapat 41.289 hewan yang dilalu-lintaskan dari daerah sumber ke daerah penerima. Hal ini perlu dikelola agar dapat dikembangkan ke depannya karena terdapat potensi strategis bagi pergerakan ekonomi.

Dalam kaitannya dengan covid-19, beliau menyampaikan bahwa beberapa kebijakan yang dilakukan oleh Kementan adalah adanya pemerataan distribusi pangan, mempermudah akses transportasi, menjaga kestabilan harga (adanya pengaturan supply-demand), dan menjaga buffer stock (untuk antisipasi adanya lonjakan harga). Kemudian salah satu kerangka strategis yang dilakukan adalah cara untuk meningkatkan pemberdayaan peternak.

Pemaparan keempat adalah oleh Bapak Reza Abdul-Jabbar yang merupakan pengusaha peternakan asal Indonesia di Selandia Baru yang mempunyai 4.000 hewan ternak dengan lahan seluas 1.000 hektar. Beliau menyampaikan bahwa selama ini mata rantai kurban hanya dipahami secara periodik ketika menjelang idul adha saja. Padahal proses dari hulu (mulai dari pembibitan) ke hilir perlu dipahami dan dikuasai agar dapat menjadi sektor utama dalam pembangunan perekonomiaan. Beliau juga menyampaikan bahwa ada persepsi yang harus diubah bahwa negara maju itu adalah negara yang industrialized, padahal Selandia Baru adalah contoh negara yang maju karena sektor pertanian dan peternakannya. Hal ini harus disadari juga di Indonesia sebagai negara dengan kekayaan alam yang luar biasa.

Selain itu beliau juga menyampaikan bahwa harus ada perubahan persepsi bahwa petani dan peternak itu miskin, yang mana menjadi salah satu penyebab segannya mahasiswa dan pemuda untuk menjadi peternak/petani. Padahal sumber daya manusia merupakan hal yang penting, bukan hanya sumber daya alamnya yang tersedia. Harus ada pemahaman bahwa ketika Allah memberikan perintah pasti akan dimampukan dan bermanfaat sehingga sunnah ini perlu digiatkan kembali. Hal ini tentunya harus didukung dengan regulasi dari berbagai aspek, termasuk permodalan.

Pemaparan terkahir diberikan oleh Bapak Nur Kholis selaku Dosen FEB UI dan Wakil Kepala PEBS FEB UI. Beliau membuka penjelasan dengan memaparkan data pertumbuhan ekonomi Indonesia yang masih akan terus menurun di masa pandemi ini. Selain itu, adanya peningkatan keparahan kemiskinan dan semakin besarnya ketimpangan di kota dan di desa. Namun demikian, sektor pertanian dan peternakan dapat menjadi bantalan dari adanya penurunan-penurunan kinerja ekonomi tersebut. Selain itu, data menunjukkan adanya peningkatan upah buruh di sektor pertanian walaupun masih banyak tenaga kerja yang tidak tertarik untuk bekerja di sektor pertanian karena pendapatan yang rendah. Dalam kaitannya dengan Covid-19, sektor peternakan adalah sektor yang terdampak di level medium.

Terkait dengan kegiatan haji, kegiatan ini mempunyai multiplier effect yang cukup besar sehingga tidak adanya keberangkatan tahun ini tentu saja memberikan dampak yang besar.  Beberapa saran/rekomendasi yang disampaikan adalah bahwa hasil pengelolaan dana haji dapat dimanfaatkan untuk membantu mengatasi dampak negatif dari pembatalan haji dan umrah. Hal ini dapat dibantu dengan adanya kebijakan pemerintah untuk membantu mengatasi dampak negatif tersebut. Selain itu, perlu adanya perbaikan pengelolaan peternakan, baik dari pembibitan, produksi, distribusi, teknologi, dan pengolahan hasil peternakan agar berkelanjutan.

Webinar dilanjutkan dengan sedikit tanya jawab, serta ditutup dengan kesimpulan yang disampaikan oleh Bapak Abdillah Ahsan bahwa perlu adanya koordinasi dan keterkaitan dari berbagai pemaparan yang telah disampaikan oleh para narasumber.

Webinar selengkapnya dapat disimak di Channel Youtube PEBS dan materi presentasi narasumber dapat diunduh di website PEBS.

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Scroll to Top