Millaty ~ Humas FEB UI

 

JAKARTA – Senin, 20 Agustus 2018, Pusat Ekonomi & Bisnis Syariah (PEBS) FEB UI bekerja sama dengan Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS) mengadakan diskusi dan peluncuran buku Ekonomi Kurban bertempat di Auditorium Gedung Magister Manajemen FEB UI, Salemba. Acara dibuka oleh Romidi, anggota BAZNAS, dilanjutkan dengan pembacaan Ayat suci Al-Qur’an surat Al-Kautsar 1-3 oleh Abdul Muhyil Hikam Ladiku mahasiswa Ilmu Ekonomi Islam 2016.

Rahmatina A. Kasri, Ph.D, Kepala Pusat Ekonomi dan Bisnis Syariah (PEBS) FEB UI diawal sambutannya mengucapkan terima kasih kepada BAZNAS, karena PEBS FEB UI sudah diberi kesempatan untuk berkontribusi dalam penyusunan buku Ekonomi Kurban ini. Beliau mengungkapkan langsung buku Ekonomi Kurban ini cukup fenomenal dan merupakan ide yang out of the box, walaupun kurban ibadah yang dilakukan setahun sekali oleh masyarakat muslim, ternyata ibadah kurban memiliki dimensi ekonomi yg sangat luar biasa, banyak sekali aspek yang terkait ketika dikaji secara mendalam, memiliki aspek yang komprehensif, dari peternaknya, aspek pemberdayaan, dari sisi demand and supply, pengaruhnya ternyata tidak hanya spiritual, tetapi juga memiliki aspek ekonomi yang luar biasa, ketahanan pangan, potensi untuk berkontribusi di bidang kesehatan dan pendidikan juga ada, jika dilihat dari ibadah kurban ini.

Prof. Dr. Bambang Sudibyo, MBA, CA, Ketua BAZNAS selaku pengarang buku Ekonomi Kurban memaparkan, potensi kurban di Indonesia dalam setahun jika disetarakan dengan kambing, penduduk Indonesia tahun 2017 kurang lebih sekitar 260 juta jiwa, dimana sekitar 87% muslim, rata-rata dalam satu keluarga adalah 4-5 orang anggota keluarga, dengan demikian, jumlah keluarga muslim di Indonesia paling sedikit 48 juta keluarga. Dari 48 juta keluarga ini, sekurang-kurangnya 60% nya adalah muzaki. Jumlah mustahik, jika jumlah fakir dan miskin digabungkan, tidak akan mencapai 40%nya, maka sekurang-kurangnya 60% nya adalah muzaki. Muzaki inilah yang bisa disebut kelas menengah, maka 60% dari jumlah keluarga muslim adalah 28,8 juta keluarga muslim. Jika dari 28,8 juta keluarga muslim saja 50% nya berkurban, maka kurang lebih 14,4 juta keluarga muslim yang berkurban di Indonesia. Jika dalam satu keluarga berkurban 1,5 ekor kambing, maka sekurang-kurangnya potensi kurban dalam satu tahun adalah 21,6 juta ekor lebih kambing yang dikurbankan. Setelah pemaparannya, dilakukan prosesi peluncuran buku secara simbolis dan dilanjutkan diskusi yang di moderatori oleh Deputi BAZNAS Arifin Purwakananta.

Membahas momentum kurban yang dulu dimaknai hanya sebagai nilai ibadah, kemudian sekarang bergeser sebagai aktifitas sosial, dan kemudian menjadi aktifitas ekonomi. Emmy Hamidiyah, anggota komisioner BAZNAS menjelaskan di dalam presentasinya yang berjudul “Ekonomi Kurban Berdayakan Desa”, dimana Ekonomi Kurban dampaknya terkait dengan penawaran dan permintaan serta ketahanan ekonomi nasional. Beliau mengemukakan kurban ini memberikan kontribusi dalam memberdayakan desa, diantaranya memberdayakan peternak kecil di desa mulai dari pembenihan hingga penjualan hewan kurban, mendorong tata niaga ternak di desa, meningkatkan gizi penerima manfaat yang jarang atau tidak pernah makan daging, meningkatkan industri turunan dari peternakan (kulit, benih, pakan ternak, dll), meningkatkan perekonomian desa melalui distribusi uang dari kota ke desa, gotong royong masyarakat desa dalam pendistribusian daging hewan kurban.

Ir. Nana Mintarti, MP, yang juga sebagai anggota BAZNAS, dalam diskusinya menyampaikan tantangan mindset-nya jangan hanya sebatas pemenuhan syiar agama semata, tapi juga sarana berbagi dan alat pemerataan ekonomi, belum optimal sebagai sarana pemerataan ekonomi baik dari sisi pemberdayaan peternak maupun manfaat kepada fakir miskin, distribusi hasil kurban sebagian besar masih terpusat pada kota-kota, rantai pasokan hewan kurban masih teporer, belum berkesinambungan, karena belum terbangunnya sistem peternakan yang lebih baik.

Di akhir diskusi, Rahmatina A. Kasri, Ph.D mengemukakan bahwa terdapat tiga tantangan dalam pelaksanaan ekonomi kurban. Tantangan pertama terletak pada mindset masyarakat, yang cenderung menganggap ibadah kurban sebagai ritual tahunan yang tidak memiliki dimensi ekonomi. Hal in terkait erat dengan masih kurangnya pengetahuan masyarakat mengenai berbagai aspek terkait ibadah kurban, termasuk dimensi ekonominya, serta kurangnya sosialisasi oleh pihak terkait. Tantangan lainnya terkait dengan peternak yang masih belum bisa memaksimalkan potensi kurban, antara lain karena kurangnya pengetahuan, modal dan kuatnya pedagang besar. Sedangkan tantangan terakhir adalah pengelolaan kurban yang selama ini cenderung dilakukan dengan pola tradisional atau sederhana.

Terhadap tantangan-tantangan tersebut, beliau juga menambahkan beberapa kebijakan yang dapat dilakukan.Dalam jangka pendek, pemerintah atau pihak terkait dapat melakukan (1) edukasi dan sosialisasi mengenai spirit dan manfaat multidimensi dari ibadah kurban merupakan hal utama, (2) mengembangkan pola pemberdayaan modern dan memperkuat pola pemberdayaan tradisional melalui jalur kemitraan antar lembaga, dan (3) mengembangkan database terkait ibadah kurban menjadi lebih baik dan komprehensif. Sedangkan, dalam jangka menengah, dapat dibentuk sejenis badan khusus yang bertugas sebagai intermediary, melakukan pemberdayaan, dan pengawasan (BPEK), mengembangkan model-model pemberdayaan ternak kurban yang optimal, dan mengembangkan kurikulum pendidikan yang memiliki link and match dengan industri peternakan hewan.

Terakhir, dalam sesi tanya jawab, beliau menambahkan bahwa optimalisasi ekonomi kurban juga berpotensi untuk mendukung akselerasi implementasi ekonomi Islam dan pelaksanaan Sustainable Development Goals (SDGs) di Indonesia. Untuk itu, diperlukan semangat dan kerjasama seluruh bangsa Indonesia. (Des)

 

Retrieved from http://www.feb.ui.ac.id/blog/2018/08/25/pebs-feb-ui-luncurkan-buku-ekonomi-kurban/

satu Respon

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *