Depok, 3 Agustus 2023 – Pusat Ekonomi dan Bisnis Syariah Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia (PEBS FEB UI) bersama Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS) telah melaksanakan kunjungan ke dua lokasi penyaluran zakat produktif: Kampung Batik Cibuluh dan BAZNAS Microfinance Desa (BMD) Warujaya, Bogor, Jawa Barat (2/8). Kunjungan ini bertujuan melihat secara langsung dampak positif yang dihasilkan oleh program pemberdayaan zakat produktif BAZNAS.
Pada kunjungan pertama, PEBS FEB UI dan BAZNAS menyambangi Kampung Batik Cibuluh, kampung batik pertama di Kota Bogor yang diresmikan pada 24 Agustus 2019. Kampung ini menjadi simbol usaha mengangkat keanekaragaman ikon Kota Bogor melalui seni batik. Usaha kreatif ini melibatkan 40 warga lokal yang dibagi menjadi 9 kelompok wirausaha, di mana masing-masing kelompok memiliki nama merek dan ciri khas batiknya tersendiri.
“Pada awal pembentukannya, kampung batik ini dipelopori oleh 5 orang. Alhamdulillaah seiring dengan semangat bekerja sama dan keinginan untuk berkembang, saat ini ada 40 ibu-ibu yang turut serta yang telah dibagi menjadi 9 kelompok wirausaha batik,” ujar Teh Dina, salah satu pelopor Kampung Batik Cibuluh.
Kemajuan kampung ini tak lepas dari kontribusi BAZNAS. Program zakat produktif BAZNAS telah berhasil memberdayakan kurang lebih 40 ibu rumah tangga di kampung ini, yang mayoritas merupakan tulang punggung keluarga. Penyaluran zakat dilakukan dalam bentuk barang-barang yang dipakai dalam pembuatan batik, bukan fresh money. Selain itu, BAZNAS juga turut serta dalam memberikan pendampingan pemberdayaan usaha kurang lebih selama 2 tahun. Melalui bantuan pendanaan zakat produktif, kampung ini telah berhasil meningkatkan skala produksi, kreativitas, dan kualitas produk batiknya selama 4 tahun terakhir.
“Kami sempat kesulitan pada awalnya, tetapi atas kehendak Allah kemudian bantuan dan support dari BAZNAS, kami bisa bertahan sampai sekarang,” jelas Teh Dina.
“Kami melihat potensi dan keseriusan Teh Dina dalam mengembangkan Kampung Batik. Setelah kami lakukan asesmen dan screening, kami melihat bahwa orang-orang yang terlibat merupakan tulang punggung keluarga. Maka dari itu, tim sepakat untuk memberikan bantuan zakat dan juga melakukan pendampingan pada warga Kampung Batik Cibuluh,” lanjut Mas Faris ketika ditanya tentang awal mula BAZNAS mendistribusikan zakat produktif di Kampung Batik Cibuluh.
Di kampung batik ini, batik dikelola dengan konsep eco-friendly, di mana proses pewarnaan pada kain batik menggunakan bahan-bahan alami yang ramah lingkungan seperti kulit pohon dan jamur. Selain itu, para pengrajin juga mengimplementasikan proses reuse, yakni limbah batik yang sebelumnya terbuang diolah kembali menjadi bahan baku atau kerajinan lainnya.
Acara kunjungan dihadiri oleh perwakilan dari PEBS dan BAZNAS, serta diramaikan beberapa anggota masyarakat kampung dan pengrajin batik setempat. Keunikan dan keindahan kampung ini tercermin dari mural batik warna-warni yang menghiasi setiap dindingnya, memberikan sambutan hangat kepada para pengunjung. Konsep mural batik ini juga merupakan salah satu bantuan nyata dari BAZNAS dalam mendukung Kampung Batik menjadi desa wisata.
Selama kunjungan, delegasi berkeliling kampung untuk menyaksikan secara langsung proses produksi batik dan mengunjungi beberapa titik lokasi produksi. Hal ini memberikan kesempatan bagi perwakilan PEBS untuk lebih memahami proses pembuatan batik dan dinamika usaha para pengrajin batik di kampung tersebut.
Selanjutnya, pada kunjungan kedua, PEBS FEB UI bersama BAZNAS menyambangi BAZNAS Microfinance Desa (BMD) Warujaya. Di sana, telah disalurkan pendanaan sebesar 1,2 miliar dan mendukung hingga 700 unit usaha mikro, yang kebanyakan di antaranya dimiliki oleh wanita. Melalui program ini, beberapa mustahik juga telah berhasil beralih menjadi muzakki, menggambarkan kesuksesan program BMD dalam memberdayakan masyarakat secara berkelanjutan.
“Alhamdulillah, saat ini nilai outstanding pembiayaan yang disalurkan oleh BAZNAS kepada para pelaku Usaha Mikro berkisar Rp1,2 miliar dengan total yang dibantu 700 pelaku usaha,” ujar Pak Yayan, salah satu pengurus dari BMD Warujaya.
Salah satu keunikan yang diterapkan oleh BMD ini adalah nasabah tidak dimintai jaminan atas pinjamannya. Untuk menyiasatinya, BMD membentuk kelompok untuk menjadi jaminan dari pembiayaan. Jika salah seorang dari kelompok tersebut macet kreditnya, maka akan ditanggung sementara oleh seluruh anggota kelompok.
BMD juga tidak menerima margin dari penyaluran yang diberikan. Adapun untuk kebutuhan operasional, hal ini didapatkan dari dana BAZNAS pusat.
Dr. Rahmatina Awaliah Kasri, Kepala PEBS FEB UI, menyatakan, “Kami sangat terkesan dengan kunjungan ke dua tempat ini, di mana kami melihat dampak nyata yang dihasilkan BAZNAS melalui program zakat produktif bagi masyarakat. Zakat produktif telah berhasil menggerakkan perekonomian dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Kolaborasi antara PEBS dan BAZNAS dalam pemberdayaan zakat produktif di Kampung Batik Cibuluh dan BMD Warujaya menandai komitmen bersama kami dalam memajukan potensi lokal dan mendukung perekonomian yang berkelanjutan.”
Kunjungan ini telah menjadi momen penting dalam memperkuat kemitraan antara PEBS dan BAZNAS dalam memberdayakan masyarakat dan mengembangkan potensi ekonomi lokal melalui zakat produktif. Harapan besar terpancar dari kunjungan ini, dimana kolaborasi yang solid antara lembaga zakat dan masyarakat dapat terus menerus berkontribusi pada kemajuan bangsa.